Thursday 12 November 2009

MAKASSAR -- Situasi kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali memanas.

MAKASSAR -- Situasi kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali memanas. Hal itu menyusul bentrokan yang melibatkan mahasiswa dari tiga fakultas berbeda, Selasa sore, 10 November. Bentrokan melibatkan mahasiswa Fakultas Teknik (FT), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), dan Fakultas Seni dan Desain (FSD) di kampus sektor Parangtambung Jalan Daeng Tata Raya.

Akibat bentrokan ini, seorang polisi menderita luka saat berusaha melerai bentrokan tersebut. Korban adalah personel pengumpul bahan keterangan Polsekta Tamalate bernama Briptu Amiruddin. Yang bersangkutan menderita luka robek di jidat setelah terkena lemparan batu. Ia terpaksa mendapat perawatan medis dengan enam jahitan akibat luka tersebut.

Polisi menangkap seorang mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris bernama Andri Gaffar. Mahasiswa semester tiga ini ditangkap lantaran diduga menyimpan senjata tajam. Andri ditangkap polisi saat gedung perkuliahan FBS digeledah polisi.

Selain menangkap mahasiswa, polisi juga menyita puluhan senjata tajam yang diduga dipersiapkan untuk menggelar tawuran. Senjata tajam yang disita berupa senjata rakitan jenis papporo, parang, dan 42 anak panah plus tujuh busur.

Tawuran untuk kesekian kalinya itu terjadi pukul 16.00 Wita. Informasi yang dihimpun di lokasi kejadian menyebutkan, bentrokan dipicu oleh adanya isu seorang mahasiswa FSD bernama Alif menderita luka tebasan parang di depan arena Pacuan Kuda Parangtambung.

Informasi tersebut cepat menyebar ke dalam kampus FSD. Beberapa saat kemudian, dua kubu mahasiswa terlibat saling lempar batu. Mahasiswa FBS yang juga berada di lokasi tersebut ikut terpancing. Bentrokan antarketiga mahasiswa fakultas tersebut tidak dapat dihindari.

"Kami tidak tahu, tiba-tiba gedung perkuliahan kami dilempari batu dari belakang sehingga mahasiswa FBS ikut terpancing," ujar seorang mahasiswa bernama Arham. Kampus FBS tepat berada di antara kampus FT dan FSD. Sebelumnya, FSD bergabung satu fakultas dengan FBS yang bernama Fakultas Bahasa dan Seni.

Bentrokan mahasiswa akhirnya bisa diredam setelah puluhan polisi gabungan dari Polwiltabes Makassar, Polresta Makassar Timur, dan Polsekta Tamalate tiba di lokasi kejadian. Belakangan, bantuan polisi dari Polsekta Panakkukang, Polsekta Rappocini, dan Direktorat Samapta Polda Sulsel dan Sulbar juga hadir di kampus itu.

Setelah situasi kondusif, polisi langsung melakukan penyisiran di dalam kampus. Lebih kurang satu jam gedung perkuliahan dan sekretariat mahasiswa digeledah polisi. Kepala Kepolisian Daerah Sulsel dan Sulbar, Inspektur Jenderal Polisi, Adang Rochjana turun langsung meninjau ke dalam kampus.

Adang didampingi Dir Samapta Polda Sulselbar, Komisaris Besar Polisi, Moh Elia WN, Kapolwiltabes Makassar, Komisaris Besar Polisi Gatta Chairuddin, selanjutnya menggelar pertemuan tertutup dengan pimpinan kampus UNM. Pihak kampus yang hadir adalah Pembantu Rektor Akademik, Sofyan Salam, Pembantu Rektor Kemahasiswaan, Hamsu Abdul Gani, dan beberapa pimpinan fakultas.

"Setelah kami bertemu dengan pihak kampus, ada kesepakatan untuk menghentikan semua ini. Polisi akan melakukan penyelidikan karena ini murni tindak pidana," jelas Adang saat dicegat wartawan usai pertemuan.

Menurutnya, pihaknya dalam waktu dekat ini akan memfasilitasi pertemuan dengan unsur fakultas yang terlibat bentrokan. Pertemuan itu disebutnya akan berusaha mencari solusi penyelesaian konflik yang berkepanjangan tersebut.

Mantan Wakapolda Jawa Tengah ini mengatakan, ada tiga mahasiswa yang saat ini telah diidentifikasi sebagai pemicu bentrokan. Ketiganya, lanjut Adang, sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
"Kita masih selidiki ketiga orang tersebut," katanya tanpa menyebut identitas mahasiswa tersebut.

Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNM, Hamsu Abdul Gani mengaku memberikan sepenuhnya proses hukum kepada polisi. Ia mengatakan, niat baik mencari solusi konflik tersebut disambut baik dengan secepatnya melakukan pertemuan dengan seluruh pimpinan fakultas dan lembaga kemahasiswaan.

Lantas siapa sesungguhnya yang melakukan penyerangan? Hamsu menjelaskan, bahwa ada sekelompok mahasiswa yang menyerang Fakultas Teknik dan mendapat balasan. Itulah yang memicu dua fakultas lainnya (FSD dan FBS) terpancing sehingga bentrokan terjadi.

PR III akan mempertemukan tiga pimpinan lembaga mahasiswa dan fakultas untuk tidak terpengaruh dengan adanya provokasi yang diduga oknum. Waktunya belum dia tentukan. "Siapa pun yang terlibat bentrokan akan diserahkan ke polisi untuk diusut. Sedianya mahasiswa juga turut membantu agar kejadian serupa tidak terulang kembali," harap Hamsu. (rah) http://www.fajar.co.id/index.php?option=news&id=73409

No comments:

Post a Comment