Friday 13 November 2009

TAGANA LUTIM DILATIH TANGANI BENCANA

Sebanyak 30 orang Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Luwu Timur mengikuti pelatihan Tagana yang dilaksanakan selama lima hari di Hotel Sikumbang Tomoni, Luwu Timur. Ke 30 orang Taruna ini berasal dari 11 kecamatan se Luwu Timur ditambah personil dari Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kab. Luwu Timur.
Pelatihan ini ini dibuka oleh Asisten administrasi Umum, Muh. Abrinsyah, didamping Kasat Satpol PP Andi Makaraka dan pelatih Tagana dari propinsi Sulawesi selatan sebanyak enam orang.
Selama pelatihan para Tagana akan mendapatkan materi pelatihan meliputi; Manajemen Bencana berbasis masyarakat, system mekanisme dan prosedur penanggulangan bencana, kelembagaan penanggulangan bencana di pusat, provinsi dan daerah. Sedangkan Gladi Lapang meliputi Cara penggunaan dunlap dan teknis evakuasi dan rescue air serta materi Outbound. Untuk kegiatan Gladi lapang direncanakan dilaksanakan di Danau Matano Kecamatan Nuha.
Panitia Penyelenggara, Drs. Sukarti mengungkapkan pelatihan Taruna Siaga Bencana ini dimaksudkan untuk memaksimalkan penanganan bencana secara dini, dengan memberikan pemahaman bagaimana mengatasi bencana baik sedang terjadi maupun sudah terjadi. Dari pelatihan ini nantinya akan terbentuk Tagana inti yang terlatih, cerda, tankan dan berpikir kemasyarakatan dalam penanggulangan bencana, urai Sukarti.
Sementara itu, Asisten Administrasi Umum, Muh. Abrinsyah, dalam arahannya mengatakan bahwa pembentukan Tagana Luwu Timur ini sudah sejak empat tahun silam direncanakan namun baru tahun ini bisa terwujud. Oleh karena itu, seluruh peserta pada angkatan pertama Tagana Lutim ini nantinya diharapkan jadi pionir bagi penanggulangan bencana, mengingat Luwu Timur adalah daerah rawan bencana alam, sehingga Tagana yang terampil dan siap pakai sangat dibutuhkan untuk melakukan penyelamatan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Untuk itu kepada para Tagana, diminta untuk siap on call 24 jam jika ada bencana serta selalu berkoordinasi dengan pihak berwajib baik TNI maupun kepolisian serta organisasi sosial lainnya seperti SAR dan pencinta alam, agar dapat bekerjasama untuk menangani bencana.
Asisten III Lutim ini juga mengisyaratkan bahwa menjadi Tagana adalah panggilan hati dan tidak digaji seperti organisasi lainnya namun semata-semata pengabdian dan keikhlasan untuk menolong sesama manusia yang tertimpa musibah.
“ Saudara-saudara jangan mengharapkan imbalan dalam profesi Tagana, tetapi harus iklas dan tanpa pamrih “ pesan asisten . (yulius/humas)

No comments:

Post a Comment